Manusia memiliki
mekanisme pengaturan untuk bisa mempertahankan suhu tubuh tetap optimal
dalam berbagai macam kondisi lingkungan. Suhu tersebut, utamanya
dipertahankan pada suhu 37 ° C apabila diukur secara oral atau melalui
mulut. Akan tetapi, suhu tubuh masih dianggap normal apabila suhu tubuh
dalam rentang 35,5⁰ C pada pagi hari hingga 37,7⁰C pada malam hari.
Rata-ratanya adalah 36,7⁰C. Pengaturan suhu ini amat penting supaya
metabolisme sel tetap optimal.
Suhu tubuh bagian dalam, seperti pada organ-organ dalam, umumnya
tetap konstan 37,8 ⁰C. Sementara itu, pada tubuh bagian luar seperti
kulit, suhunya lebih rendah serta lebih bervariasi. Perubahan suhu
tersebut juga berfungsi dalam pengaturan suhu supaya suhu pada
organ-organ dalam tetap terjaga dalam batas optimal.
Pengukuran suhu tubuh dapat dilakukan di beberapa tempat, di
antaranya adalah di mulut (oral), ketiak maupun di lubang anus (rektal).
Selain itu, pengukuran suhu melalui lubang telinga juga dapat
dilakukan.Pengukuran suhu per rektal dapat memberikan hasil yang lebih
tinggi dibandingkan melalui oral maupun ketiak dengan perbedaan sekitar
0,56 ⁰C.
Seseorang dapat memiliki suhu tubuh yang bervariasi sepanjang hari.
Paling rendah suhu dapat diukur pada pagi hari (sekitar pukul 6 hingga
7). Selanjutnya dapat bervariasi hingga 1⁰C dengan paling tinggi pada
sore hari (pukul 6 hingga 7 sore). Selain itu, khusus wanita, suhu tubuh
cenderung lebih tinggi pda saat pertengahan siklus menstruasi, yaitu
saat terjadi ovulasi. Variasinya sekitar 0,5⁰C.
Selama orang melakukan olahraga atau aktivitas sedang hingga berat,
suhu tubuh juga mengalami kenaikan. Hal ini terkait dengan produksi
panas oleh otot yang berkontraksi. Suhu tubuh dapat mencapai 40⁰C. Hal
ini masih dalam batas normal serta tidak disebut sebagai demam. Variasi
suhu juga terkait dengan usia. Orang tua memiliki suhu yang lebih rendah
dengan rata-rata suhu harian adalah 36,4 ⁰C.
Dalam pengaturan suhu tubuh, input panas harus seimbang dengan
outputnya. Input panas dapat berasal dari lingkungan serta produksi
panas internal. Sementara itu, panas dapat keluar melalui eksposur
permukaan tubuh terhadap lingkungan. Jika suhu tubuh bagian dalam turun,
produks panas akan ditingkatkan serta keluaran panas diminimalkan.
Pertukaran panas antara tubuh dan lingkungan dapat melalui mekanisme
radiasi, konduksi, konveksi dan evaporasi. Radiasi merupakan emisi
energi pana dari permukaan tubuh yang hangat dalam bentuk gelombang
elektromagnetik atau gelombang panas.Tubuh bisa mendapatkan panas secara
radiasi dari matahari, atau benda yang terbakar (tanpa tersentuh secara
langsung). Sementara itu, konduksi merupakan transfer panas melalui
kontak langsung. Panas akan berpindah dari benda yang lebih panas ke
benda yang kurang panas. Misalnya, saat kita memegang es, tangan kita
akan menjadi lebih dingin karena panas berpindah dari tangan ke es
tersebut.
Pada konveksi, panas berpindah melalui aliran udara atau air.
Misalnya dengan hembusan dari kipas angin maupun seperti pada saat
mengendarai sepeda atau kendaraan dengan jendela terbuka. Itulah mengapa
pada kondisi tersebut, kita cenderung merasa lebih dingin. Sementara
itu, evaporasi berkaitan dengan keluarnya panas melalui penguapan
keringat.
Pada tubuh, fungsi termostat diperankan oleh hipotalamus. Hipotalamus
menerima informasi dari berbagai bagian tubuh. Selanjutnya dilakukan
koordinasi untuk penentuan mekanisme mempertahankan atau melepaskan
panas. Perubahan suhu hingga 0,01⁰C dapat terdeteksi oleh hipotalamus
ini. Sensor pada tubuh yang berperan untuk memberikan informasi mengenai
suhu tubuh maupun suhu kulit disebut sebagai termoreseptor.
Bagian posterior hipotalamus terpicu oleh dingin sedangkan bagian anterior lebih sensitif terhadap panas.
Input panas umumnya didapatkan dari produksi yang dilakukan tubuh
mengingat suhu tubuh seringkali lebih tinggi dibandingkan suhu
lingkungan. Pada saat istirahat, panas dihasilkan oleh organ toraks dan
abdominal melalui aktivitas metabolik basal. Di atas itu, panas dapat
dihasilkan oleh otot rangka maupun kerja hormon tertentu .
Aktivitas dari otot rangka dapat menghasilkan panas yang berperan
dalam pengaturan supaya suhu tetap dalam kondisi optimal saat panas yang
dihasilkan oleh organ toraks dan abdomen masih kurang. Menggigil
merupakan salah satu mekanisme yang dilakukan oleh tubuh. Menggigil
cukup efektif dalam menghasilkan panas mengingat tidak ada kerja
eksternal yang dilakukan. Sementara itu, jika suhu lingkungan terlalu
panas sehingga suhu tubuh juga meningkat, tonus otot akan turun. Akan
tetapi, biasanya respon ini tidak terlalu efektif karena metabolisme
tubuh tetap harus berjalan yang mana metabolisme tersebut tetap
menghasilkan panas.
Pada bayi, karena kemampuan untuk menggigilnya kurang, terdapat
mekanisme non menggigil untuk mempertahankan panas. Pada bayi baru
lahir, terdapat deposit jaringan adiposa berupa lemak coklat yang dapat
mengkonversi energi kimia menjadi panas.
Selain sebagai jalur pengiriman nutrisi, aliran darah pada pembuluh
darah juga berperan dalam pengaturan suhu, terutama aliran darah yang
menuju kulit. Sebagai pengatur suhu, aliran darah kulit dapat bervariasi
dari 400 ml/menit hingga 2500 ml/menit. Semakin banyak darah yang
mengalir ke kulit, panas yang terbawa dari tubuh bagian dalam melalui
darah akan semakin banyak yang dapat keluar melalui proses
konduksi-konveksi serta radiasi.
Respon pembuluh darah tersebut dikoordinasi oleh hipotalamus dengan
sistem saraf simpatis. Peningkatan aktivitas simpatis pada arteriol
kulit akan menghasilkan vasokonstriksi sebagai respon terhadap eksposur
dingin sementara itu aktivitas simpatis akan berkurang pada saat terjadi
eksposur oleh panas.
Selain dengan bantuan pembuluh darah, permukaan tubuh yang berkontak
dengan lingkungan juga berperan dalam pengaturan suhu yang hendak
dikonservasi atau hendak dibuang. Misalnya, dengan perubahan posisi
tubuh seperti meringkuk, bersedekap saat kedinginan atau membuka baju
serta melebarkan badan saat kepanasan. Mengenakan baju hangat juga
mekanisme perilaku yang dilakukan manusia untuk mempertahankan panas.
Contoh lain perilaku yang manusia lakukan adalah menggunakan kipas
angin,atau mandi.
Namun, berbeda dengan kepercayaan umumnya, ternyata mengenakan
pakaian yang longgar dan berwarna cerah ternyata lebih dingin
dibandingkan dengan telanjang. Hal ini karena pada saat telanjang, semua
panas yang mengenai kulit akan diserap semuanya. Sementara itu, pada
pakaian yang berwarna cerah justru memantulkannya. Oleh karena itu, jika
pakaian berwarna terang tersebut cukup longgar dan tipis untuk konveksi
serta evaporasi terjadi, mengenakan pakaian tersebut akan lebih dingin
dibandingkan telanjang.
sumber :
http://www.medicinesia.com/harian/pengaturan-suhu-tubuh/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar