Proses terjadinya angin turun yang kering dapat dijelaskan sebagai
berikut. Udara hangat di atas permukaan laut yang banyak mengandung uap air
bergerak menuju ke atas pegunungan menelusuri lereng kiri. Seperti telah
dijelaskan, udara yang bergerak naik mengalami pemuaian adiabatik sehingga
suhunya turun. Untuk udara yang uap airnya belum mengembun, setiap kenaikan 100
m suhunya turun kira-kira 1 °C. Untuk udara yang telah mengembun, setiap kenaikan 100 m uhu turun
kira-kira 0,5°C. Dalam perjalanan udara menelusuri lereng kiri,
banyak kandungan uap air yang hilang karena pendinginan udara oleh proses
pemuaian adiabatik. Ini menyebabkan turunnya hujan atau salju di lereng kiri.
Dengan demikian, udara yang mencapai puncak pegunungan adalah udara
kering.Selanjutnya, udara kering ini bergerak menuruni lereng kanan. Seperti
telah dijelaskan bahwa dalam perjalanan turun ini udara kering mengalami
pemampatan adiabatik sehingga suhunya naik. Karena udaranya kering, maka setiap
turun 100 m suhu naik 1°C. Sebagai hasilnya, udara kering yang bergerak turun
menelusuri lereng kanan akan bertambah panas. Angin inilah yang dinamakan angin
turun yang kering. Jadi, angin turun yang kering adalah angin yang bertiup dari
puncak pegunungan menelusuri lereng menuju lembah pegunungan. Angin ini kering
dan bertambah panas. Angin yang tergolong angin ini adalah angin Bahorok,
Kumbang, Gending, Brubu, dan Wambrau di negara kita, Fohn di Alpina Barat,
Chinook di lereng timur pegunungan Rocky, dan Sirocco di pantai barat Italia.
Gambar : Sebuah
kepala guntur adalah hasil dari pendinginan adiabatik yang cepat dari sejumlah
udara basah yang naik. Guntur mendapatkan energi dari pengembunan uap air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar