Gambar 9.8 Perubahan keadaan gas dalam siklus reversibel.
Perhatikanlah Gambar
9.8. Dari grafik p–V tersebut, suatu gas mengalami
perubahan keadaan dari A ke B. Diketahui bahwa pada keadaan A sistem memiliki
tekanan p1 dan volume V1.
Pada tekanan B, tekanan sistem berubah menjadi p2 dan
volumenya menjadi V2. Jika gas tersebut mengalami proses
reversibel, keadaan gas tersebut dapat dibalikkan dari keadaan B ke A dan tidak
ada energi yang terbuang. Oleh karena itu, pada proses reversibel,
kurva p–V yang dibentuk oleh perubahan keadaan sistem
dari A ke B dan dari B ke A adalah sama. Dalam kenyataannya, sulit untuk
menemukan proses reversibel karena proses ini tidak memperhitungkan energi yang
hilang dari dalam sistem (misalnya, gesekan). Namun, proses reversibel memenuhi
Hukum Pertama Termodinamika. Tahukah Anda yang dimaksud dengan siklus
termodinamika? Siklus termodinamika adalah proses yang terjadi pada sistem
sehingga akhirnya sistem kembali pada keadaan awalnya. Namun, apakah energi
kalor dapat seluruhnya diubah menjadi energi mekanik? Adakah mesin yang dapat
mengubah kalor seluruhnya menjadi usaha? Pada tahun 1824 seorang ilmuwan
Prancis, Sadi Carnot (1796 – 1832), mengemukakan model mesin ideal yang dapat
meningkatkan efisiensi melalui suatu siklus, yang dikenal dengan siklus Carnot.
Mesin ideal Carnot bekerja berdasarkan mesin kalor yang dapat bekerja
bolakbalik (reversibel), yang terdiri atas empat proses, yaitu dua
proses isotermal dan dua proses adiabatik.
Gambar 9.9 Siklus Carnot
Pada gambar tersebut
suatu gas ideal berada di dalam silinder yang terbuat dari bahan yang tidak
mudah menghantarkan panas. Volume silinder tersebut dapat diubah dengan cara
memindahkan posisi pistonnya. Untuk mengubah tekanan gas, diletakkan beberapa
beban di atas piston. Pada sistem gas ini terdapat dua sumber kalor yang
disebut reservoir suhu tinggi (memiliki suhu 300 K) gas memiliki temperatur
tinggi (300 K), tekanan tinggi (4 atm), dan volume rendah (4 m3).
Berikut urutan keempat langkah proses yang terjadi dalam siklus Carnot.
a. Pada langkah, gas mengalami ekspansi isotermal. Reservoir suhu tinggi menyentuh dasar silinder dan jumlah beban di atas piston dikurangi. Selama proses ini berlangsung, temperatur sistem tidak berubah, namun volume sistem bertambah. Dari keadaan 1 ke keadaan 2, sejumlah kalor (Q1) dipindahkan dari reservoir suhu tinggi ke dalam gas.
b. Pada langkah kedua, gas berubah dari keadaan 2 ke keadaan 3 dan mengalami proses ekspansi adiabatik. Selama proses ini berlangsung, tidak ada kalor yang keluar atau masuk ke dalam sistem. Tekanan gas diturunkan dengan cara mengurangi beban yang ada di atas piston. Akibatnya, temperatur sistem akan turun dan volumenya bertambah.
c. Pada langkah ketiga, keadaan gas berubah dari keadaan 3 ke keadaan 4 melalui proses kompresi isotermal. Pada langkah ini, reservoir suhu rendah (200 K) menyentuh dasar silinder dan jumlah beban di atas piston bertambah. Akibatnya tekanan sistem meningkat, temperaturnya konstan, dan volume sistem menurun. Dari keadaan 3 ke keadaan 4, sejumlah kalor (Q2) dipindahkan dari gas ke reservoir suhu rendah untuk menjaga temperatur sistem agar tidak berubah.
d. Pada langkah keempat, gas mengalami proses kompresi adiabatik dan keadaannya berubah dari keadaan 4 ke keadaan1. Jumlah beban di atas piston bertambah. Selama proses ini berlangsung, tidak ada kalor yang keluar atau masuk ke dalam sistem, tekanan sistem meningkat, dan volumenya berkurang. Menurut kurva hubungan p–V dari siklus Carnot, usaha yang dilakukan oleh gas adalah luas daerah di dalam kurva p–V siklus tersebut. Oleh karena siklus selalu kembali ke keadaannya semula, ΔUsiklus = 0 sehingga persamaan usaha siklus (Wsiklus) dapat dituliskan menjadi
a. Pada langkah, gas mengalami ekspansi isotermal. Reservoir suhu tinggi menyentuh dasar silinder dan jumlah beban di atas piston dikurangi. Selama proses ini berlangsung, temperatur sistem tidak berubah, namun volume sistem bertambah. Dari keadaan 1 ke keadaan 2, sejumlah kalor (Q1) dipindahkan dari reservoir suhu tinggi ke dalam gas.
b. Pada langkah kedua, gas berubah dari keadaan 2 ke keadaan 3 dan mengalami proses ekspansi adiabatik. Selama proses ini berlangsung, tidak ada kalor yang keluar atau masuk ke dalam sistem. Tekanan gas diturunkan dengan cara mengurangi beban yang ada di atas piston. Akibatnya, temperatur sistem akan turun dan volumenya bertambah.
c. Pada langkah ketiga, keadaan gas berubah dari keadaan 3 ke keadaan 4 melalui proses kompresi isotermal. Pada langkah ini, reservoir suhu rendah (200 K) menyentuh dasar silinder dan jumlah beban di atas piston bertambah. Akibatnya tekanan sistem meningkat, temperaturnya konstan, dan volume sistem menurun. Dari keadaan 3 ke keadaan 4, sejumlah kalor (Q2) dipindahkan dari gas ke reservoir suhu rendah untuk menjaga temperatur sistem agar tidak berubah.
d. Pada langkah keempat, gas mengalami proses kompresi adiabatik dan keadaannya berubah dari keadaan 4 ke keadaan1. Jumlah beban di atas piston bertambah. Selama proses ini berlangsung, tidak ada kalor yang keluar atau masuk ke dalam sistem, tekanan sistem meningkat, dan volumenya berkurang. Menurut kurva hubungan p–V dari siklus Carnot, usaha yang dilakukan oleh gas adalah luas daerah di dalam kurva p–V siklus tersebut. Oleh karena siklus selalu kembali ke keadaannya semula, ΔUsiklus = 0 sehingga persamaan usaha siklus (Wsiklus) dapat dituliskan menjadi
Wsiklus = ΔQsiklus = (Q1 – Q2)
………. (9–28)
dengan: Q1 = kalor
yang diserap sistem, dan
Q2 = kalor yang dilepaskan sistem.
Ketika mesin mengubah energi kalor menjadi energi mekanik (usaha). Perbandingan antara besar usaha yang dilakukan sistem (W) terhadap energi kalor yang diserapnya (Q1) disebut sebagai efisiensi mesin. Persamaan matematis efisiensi mesin ini dituliskan dengan persamaan
Q2 = kalor yang dilepaskan sistem.
Ketika mesin mengubah energi kalor menjadi energi mekanik (usaha). Perbandingan antara besar usaha yang dilakukan sistem (W) terhadap energi kalor yang diserapnya (Q1) disebut sebagai efisiensi mesin. Persamaan matematis efisiensi mesin ini dituliskan dengan persamaan
dengan η = efisiensi mesin.
Oleh karena usaha dalam suatu siklus termodinamika dinyatakan dengan W = Q1 – Q2 makaPersamaan (9–30) dapat dituliskan menjadi
Pada mesin Carnot, besarnya kalor yang diserap oleh sistem (Q1) sama dengan temperatur reservoir suhu tingginya (T1). Demikian juga, besarnya kalor yang dilepaskan sistem (Q2) sama dengan temperatur reservoir suhu rendah mesin Carnot tersebut. Oleh karena itu, Persamaan (9–30) dapat dituliskan menjadi
Keterangan:
η : efisiensi mesin Carnot
T1 : suhu reservoir bersuhu tinggi (K)
T2 : suhu reservoir bersuhu rendah (K)
Dari Persamaan (9–31) tersebut, Anda dapat menyimpulkan bahwa efisiensi mesin Carnot dapat ditingkatkan dengan cara menaikkan temperatur reservoir suhu tinggi atau menurunkan temperatur reservoir suhu rendah.
Contoh Soal
Sebuah mesin Carnot menyerap kalor sebesar 1.000 kJ. Mesin ini bekerja pada reservoir bersuhu 300 K dan 100 K. Berapa kalor yang terbuang oleh mesin?
Diketahui : T1 = 300 K
T2 = 200 K
Q1 = 1.000 kJ
Ditanyakan: Q2 = …?
Jawab :
η = [ 1- (T2/T1)] x 100% = [1 – (200/300)] x 100% = 33,33% = 1/3
Untuk menghitung Q2, dapat Anda gunakan persamaan efisiensi:
η = [ 1- (Q2/Q1)] x 100%
1/3 = 1 – (Q2/1.000)
Q2 = 333,3 kJ
Jadi, kalor yang terbuang oleh mesin sebesar 333,3 kJ.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar